Oct 19, 2014

20 FUKCS ABOUT ME WHICH I DON’T GIVE A FACT

bukan foto anak band

So, there was #20factsaboutme on instagram, lately. Tapi gout ga mau nulis di sana karena banyak teman-teman yang akan membaca dan saya akan merasa diri ini tersorot begitu terangnya, maka saya nulis di blog saja. Gimana. Lagipula saya terlalu bawel kalau dalam tulisan jika hanya dibatasi 20 poin dan jumlah karakter.

Gak bener-bener 20 tapi baiklah, ini dia. Ini semua tentang teman, pertemanan, hubungan antar teman.
It’s so hard to me to make good friends, i mean, i can find myself easily being somebody’s friend. YES. I’m friendly but not in a long term relationship. What I mean about ‘real friendship’ is a really good friend which i don’t have to talk everyday or hanging out everynight or being on a same table every lunch, but we know that we’re friends, a really good friend.

Ya susah banget karena setiap saya dekat dengan orang lain, tidak sampai 5 menit bicara, saya sudah dapat melihat tipikal orang yang kayak gimana sih dia, dan yakin suatu saat akan merasa tidak cocok. [FYI i observe people too much that i don’t have time to make any nice convo]

Jadi, kalau saya bisa ngobrol panjang lebar sama kamu, atau saya sering membuka topik pembicaraan lebih dulu, ya beruntunglah kamu, artinya kamu menarik bagi saya dan saya ingin menjadi teman kamu. 

Saya gak mudah tertarik dengan orang, nor being easily entertained. Saya bahkan sering gak merespon pernyataan teman tentang sesuatu yang mana saya tau hal itu hal yang sangat spektakuler baginya, tapi saya yang kayak “Baiklah. Next?” mengarahkan pandangan ke langit-langit karena merasa awkward mau jawab apa. Karena tidak bisa pura-pura interested seperti “Oh masa?! Waaah keren banget!!!!! Terus terus?” [See.. nulis kalimat itu aja terasa kaku.] 

Hee. Iya jelek banget ini, saya masih nyoba buat ilangin kebiasaan kayak gini. Agar bisa lebih diterima dalam pergaulan. [???]

I’m not emotional person, meski kamu musuh saya, kalau kamu melakukan suatu hal yang keren, i’ll really appreciate it dan memuji bahkan berlebihan kalau memang saya suka banget, which is dianggap fake bagi sebagian anak padahal saya kalau memuji beneran memuji, dan kalau mencela beneran mencela. Seperti karya poster yang didesain ulang oleh teman saya, ya saya katakan “Keren nih yang ini, yang kemarin jelek banget.” di depan orang-orang mesti terdapat “hehe” di belakangnya.

I’d love to find another people stupidity and save it for later. Just in case they started to annoy me. [Just like a time bomb].

I love sarcasm and how stupid people go with it. Ada dua kemungkinan saya gak meladeni debatmu:

1. Opinimu terlalu bodoh untuk dibahas lebih lanjut

2. Saya gak peduli sama apa yang keluar dari diri kamu karena there’s not any chance you would give any impact for me, any further.

Dan setiap ada yang respon sarkasme dengan pertanyaan saya pingin banget nanya 'itu pertanyaan retoris?' atau kamu terlalu bodoh untuk tahu sendiri jawabannya. Benar saja, kalau saya ladeni debatmu terus-terusan, itu artinya kamu terlihat pintar bagi saya dan saya sedang menggali sesuatu dari dalam jiwamu. [HEHEHE. But it’s in a good way.]

Yes. Sebagai anak visual art, saya tertarik jika sesuatu memiliki nilai visual yang bagus. Tapi kalau menyangkut hubungan sosial, saya memperlakukan manusia kayak barang, saya lebih mengedepankan fungsi ketimbang estetik. Artinya, mau sekeren apapun kamu, kalau nggak ada sesuatu yang berfungsi sekaligus menguntungkan, saya gak akan deketin. Saya cenderung milih-milih dalam berteman, karena di dalam suatu sekolah atau lingkungan, sifat-sifat sekelompok orang itu cenderung punya pola yang sama, dan sejak kecil saya sudah terbiasa sama ‘sensor teman’ itu. Jika teman itu buruk bagi saya, saya akan meninggalkannya secara alami, naluriah, insting. Kayak hewan. Dan 90% akurat. Saya nyaris gak pernah memilih teman yang salah. Istilahnya salah gaul. Hehehe.

Saya orang yang dapat dipercaya, jujur dalam masalah uang, semaksimal mungkin berusaha untuk tidak merebut hak orang lain. Go find my Mom and ask her how my self actually is. Percaya gak, mama kasih token internet banking yang saldonya lumayan banyak, untuk kalau suatu saat dia mau minta tolong transferin dana ke sana sini. Dan itu tanpa ada rasa takut kalau saya bakalan ambil uangnya diam-diam untuk hura-hura. Lagipula dia tahu kalau saya bukan tipikal orang yang suka hura-hura. Sementara banyak teman saya yang bahkan berobat ke dokter aja harus dikirimin bukti tagihan. Gila gak. Itu semua karena pola pikir saya adalah “kalau mama saya miskin, saya otomatis ikutan miskin” jadi karena itu saya gak suka party-party ala abg abg SMA. Kehidupan highschool saya lumayan nerdy. Computer geek sampai pergelangan tangan kapalan megang mouse. Dan lagi-lagi saya secara seleksi alam berada di lingkungan teman-teman yang nerdy juga. Ajaib ya, bagaimana bagian-bagian diri seseorang dapat menentukan dan menyuruh alam bawah sadarnya untuk melangkah dan akan kemana ia berkumpul.

Salah satu quotes yang saya suka sampai sekarang adalah kalimat yang diucapkan Vada Sultenfuss di film My Girl, saat dia gak diajak main sama cewek-cewek populer di sekolah. I’m not upset, i won’t play with those girls. I’m only surround myself with people i find intelectually stimulating.”

Terus ideologi hidup saya adalah “Dimanapun kamu, setiap kali sudah merasa mahir dalam sesuatu, ingatlah, itu baru di akuarium. Lautan masih menunggu.” Hehehe, agak norak tapi ini mengingatkan saya bahwa saya adalah ikan yang selalu butuh air. Yang selalu haus belajar, belajar apa saja. Jadi, saya akan sangat senang kalau ada teman yang mengajak saya untuk belajar. You have the badge!

Kadang saya mikir kalau orang-orang yang saya suka, merasa saya ini overly attached. No. Really. Saya lebih nyambung kalau main atau ngobrol sama laki-laki. Laki-laki yang lebih banyak teman laki-laki daripada perempuan. Soalnya, laki-laki yang banyak teman perempuan sama aja perempuan menurut saya dan they’re even worse..!!! 

Karena itu, saya suka merasa banyak orang mikir kalau saya memuji objektif, mendukung, membela, mengkhawatirkan, menemani dll. teman-teman saya, itu artinya saya naksir. びつ プリ線...!?!!??! Bitsu purisen…!?!!??! I’m not interested in that kind of relationship yet. So, kalau saya dekat-dekat kamu terus, dan sebagainya, itu karena saya memang ingin berteman sama kamu karena bagi saya kamu menarik banget dan karakter kayak kamu susah untuk ditemukan di dalam orang lain. Masalah naksir, ya… not any chance but why not. [FYI i can’t find the difference about ‘like’ as human-to-human and ‘like’ as a woman-to-man. Anybody please help me????]

I’m cold hearted but also the warmest person ever that you feel like you have a brand new grandma. Paradoks ya. Iya.

Contoh kasus 1:

Kemarin aku jatuh dari motor, luka-luka sakit banget | Oh haha.. Mau makan paan nih jadinya sekarang? Seafood yuk?

Contoh Kasus 2:

*luka luka setelah jatuh dari motor tapi diam aja beraktivitas kayak biasa* | ….. | ….. | *beberapa hari kemudian* | lukanya udah sembuh? mending rontgen takutnya ada tulang yang retak terus jangan makan mie biar lukanya cepat kering, awas infeksi, jangan kena sabun nanti makin berbekas lukanya | …… | *infinite blush*

?!!??!!?!!?!???!?!?!!! SEE THE DIFFERENCE

Don’t beg for my attention because i, someday, will give you a lot-a-lot of attention that will make you feel awkward. Oh, as i observe human, i recognize your new clothes, new haircut, and give a compliment if it looks good on you and keep my opinion out of this world if it makes yourself uglier than ever, no advice. I see people hate advice so better to not giving any of it. I occasionally give ‘a badge’ for people who has cute stuff or nice combination of colours on their outfit.

Terus, kalau kamu minta saya beri saran untuk sebuah karyamu, kayak masukan atau apa, ya langsung aja bilang beri saran, kalau kamu cuma nunjukin dan kebetulan saya gak tertarik, saya cuma manggut-manggut aja. Meski saya tahu tatapan dan hatimu yang memancarkan kalimat “Keren banget kan? Puji dong.. puji…” kasat mata di udara. Apalagi kalau ada orang merendah karena kepingin dipuji-puji.

Contoh Kasus 3:

Lagi di studio gambar. Saya ingin lihat karya teman. [Untuk jadi bahan perbandingan siapa-siapa saja yang kira-kira menjadi kompetiter seimbang]

Lalu saya ingin lihat karya kamu. Terus kamu kasih unjuk dengan kalimat “Ancur nih jelek banget hehehe” yang mana getaran suaranya meneriakkan kalimat “Ini saya bikin niat banget tolong beri pujian karena ini keren banget.” saya akan memutuskan untuk: a. manggut manggut lalu pergi atau b. mengatakan “Ahahaha iya nih jelek banget parah..” lalu pergi.

So, apakah saya sudah menjadi sedikit ekstrovert dengan mengumbar cerita diri saya tanpa analogi, di blog? Ini serius, melihat tulisan yang saya rasa vulgar sebanyak ini, saya kok jadi kayak lagi posting blog sambil telanjang.

Kesimpulan: Definisi saya untuk teman adalah: "Kalau kamu belum bermanfaat, seenggaknya tidak menjadi parasit sudah cukup."

3 comments:

You said......