Jan 31, 2022

Mimpi Muluk-muluk Agak Edan tapi Jadi Kenyataan: Beasiswa S2 LPDP di Inggris

HAAAAAI

Udah lama banget sejak aku terakhir nulis-nulis gemez wkwk.

Jadi selama pandemi kemarin aku gabut dan pengen mencoba peruntungan yang menurut aku muluk-muluk banget: lanjutin sekolah di luar negeri. Gimana gak muluk, S2 di dalem negeri aja belum kesampean he he he. Setelah lulus S1, sebenernya pingin banget lanjutin S2 di dalem negeri karena aku emang seneng banget sekolah dan belajar 🀣 tapi harus nunda sementara karena raono anggarannya hahaha. Dan ternyata Allah kasih jalan lain yang bahkan lebih dari apa yang aku minta meski aku harus sabar 5 tahun nunggunya hahaha. Tapi pengalaman demi pengalaman selagi 'menunggu' 5 tahun itulah yang bikin aku bisa di posisi sekarang ini. πŸ₯Ί Aku sebetulnya udah niat pengen bikin tulisan ini setelah lolos seleksi akademik kemarin, berhasil atau gagal sih ya namanya juga coba-coba, nah sekarang aku mau coba bantu breakdown menurut pengalamanku, untuk kamu yang punya niat sama tapi bingung harus mulai dari mana. Nggak semuanya harus diikutin plek-plekan, seenggaknya biar nggak buta-buta banget kayak aku kemarin 🀣. Di sini aku akan sedikit banyaknya curhat, jadi tolong yha ini bukan brosur edu fair, tapi sharing pengalaman aja. Yang siapa tau bisa diterapkan juga dalam kesempatan kamu.


Untuk diketahui, background pendidikan aku S1 Desain Komunikasi Visual atau Desain Grafis, dan S2 yang aku tuju MA Graphic Communication Design di Central Saint Martins, University of The Arts London alias 'on a top of my list' campus 😱. Pilihan keduaku ada Kingston University jurusan MA in Sustainable Design dan pilihan ketiga ku University of Brighton dengan jurusan yang sama. 



Aku pilih UAL kampus yang Central Saint Martins selain karena lokasi yang aku udah familiar (London tengah kota bangetttt), framework matkulnya cocok dengan minatku yang agak berbeda dari traditional graphic design di sini. Aku suka involved dengan multidisciplinary people dan co-designing sama komunitas, jadi jurusan-jurusan tersebut menurutku meng-cover keingintahuan aku dalam participatory design. UAL juga punya course mirip-mirip tapi ternyata beda haha, ada MA Graphic Design Communication di Camberwell yang jangka waktunya 1 tahun. Dari pengamatanku, course ini lebih ke teknik dan ngelatih soft skill (which I already did in ISI Yogyakarta, dan aku kurang cocok untuk eksplorasi skill di course tersebut, pengen coba nyari yang lebih challenging gitu wkwk hadeh) (Update: setelah 3 bulan kuliah aku baru ngeh perbedaan graphic design communication dengan graphic communication design :)))))))))))))) Jadi, graphic design communication itu merancang grafis untuk kebutuhan komunikasi, sedangkan graphic communication design itu merancang komunikasi secara grafis jadi outputnya bisa beragam karena open ended)


Nah, niatnya aku mau nulisin ini di blog siapa tau bisa nambah-nambah info. Karena kemarin aku juga banyak banget baca pengalaman orang-orang waktu proses mulai dari tes IELTS sampe interview beasiswa. Percaya deh, waktu aku lagi les bahasa dan siap siap ambil tes IELTS, rasanya kayak ngehalu siang bolong wkwk berasa jalan masih panjaaaaangggg. Cuma yaudah, modal nekat aja.

Dengan modal niat sampai sini aja, itu tandanya kita sudah melakukan 50% perjalanan. Sisa 50% tergantung kesungguh-sungguhan kita dalam menjalaninya. πŸ₯Ί✊🏼 Sisa 50% prosesnya aku pecah jadi 5 part agar lebih santai.


Part 0: 

Bikin Planning (5%)

A. Survey Kampus 

B. Survey Beasiswa

C. Survey Biaya dan Nabung


Part 1:

Siapin Amunisi (5%)

A. Les Bahasa Ingris

B. Cari Referensi dari Dosen/Profesional + Alih Bahasa Dokumen + Cicil Essay

C. Ujian Sertifikasi Bahasa Ingris


Part 2: 

Medan Tempur Kecil (10%)

Apply Course di University tujuan

A. UAL

B. Kingston

C. Brighton


Part 3: 

Medan Tempur Besar (10%)

Apply LPDP

A. Seleksi Administrasi

B. Seleksi Potensi Akademik

C. Seleksi Wawancara


Part 4: 

Siapin Amunisi - untuk pertempuran selanjutnya: kuliah (10%)

Persiapan Berangkat

A. Survey Rumah

B. Survey Persyaratan Visa

C. Packing dan Berdoa heheehe


Part 5: 

Restu orang tua dan doa dari teman-teman baik 10%

Selamat kuliah πŸ₯°πŸ˜†πŸ€žπŸ½


Nah kalau udah di-breakdown gini jadi kelihatan lebih sederhana dan terukur, kan? 😳, bisa dibikin to-do-list terus ditempel di meja belajar/meja kerja buat jadi reminder apa yang harus kamu persiapkan.


---------


Part 0

A. Survey Kampus

Sebenernya sejak SMK aku udah mulai searching-searching kampus idaman wkwk. Meski dulu aku ga ngerti istilah-istilah bahasa Inggrisnya, ngga ngerti alurnya. Inget banget dulu sempet pengen di Goldsmith University sama California Institute of The Arts. 


Di tahun 2019 aku sempat menang award dari Bekraf, hadiahnya International Trip ke London (salah satu pengalaman paling surreal) dan banyak temen dan mentor aku yang kuliah desain di UK, akhirnya aku mulai persempit penelusuranku jadi kampus di sekitar London aja. Karena udah familiar sama transportasinya, sama denah lokasi-lokasinya juga. Jatuhlah pilihanku di UAL. Awalnya karena logonya keren ahhahahaha. Dan 2020 aku masih buta banget soal course-nya. Sampe akhirnya dibantu sama Pak Andrias dan Mba Vida dari Think Open Mind untuk jelasin ini kuliah apasih? Belajarin apa? Berapa lama? Karena bingung banget istilah-istilah akademik kampus: course leader, defer, CAS, LoA, apa itu semua??!?! Dan mereka membantu banget untuk reminding aku kalau ada dokumen yang belum lengkap, dan ngasih webinar portfolio review sebelum aku apply beneran. 


Tapi aku coba mikirin kemungkinan lain kalo gak dapet jurusan yang paling aku pengenin, jadi aku cari cadangan kampus lain yang kira-kira gak terlalu jauh dari London (masih di zona 1-6) dan ketemu deh Kingston University, daerahnya agak ke barat daya gitu. Tapi masih ke-cover underground jadi aman buat wara wiri menurutku. Di masa-masa ini kayaknya aku bisa seharian ubek-ubek Google map cek lokasi dari A ke B, cek ongkos transportnya berapa pake apps Citymapper, karena ini pertimbangan juga buat aku yang pengen deket kota (karena banyak event desain dan pameran seni heheheheheh jadi biar gampang aksesnya) terus cek 360 map, pokoknya ini masa gila-gilanya aku keranjingan ngayal. 🀣 Selain itu, aku juga pertimbangin lagi daerah-daerah rawan yang banyak preman/orang mabuk. (Namanya juga overthinking)



B. Survey Beasiswa

Aku sempet apply Chevening tahun 2020, tapi bener bener 0 persiapan, kayak apply bonek aje wkwk. Belum ada LoA (boro-boro, daftar aja ngga ngerti caranya 😩) masih les bahasa Inggris juga dan belum tes IELTS. Saranku, setelah tahu kampus dan jurusan yang kamu mau, mulai cari beasiswa yang bisa meng-cover kampus pilihan kamu. UAL sempet hilang dari list LPDP 2020. Makanya aku sempet pesimis UAL ga akan ada di list kampus LPDP 2021. Misalnya nih, course yang aku mau di CSM itu masa studinya 2 tahun karena ada research, sedangkan Chevening hanya meng-cover studi yang 1 tahun. Berarti aku harus cari course yang mirip-mirip dan masa studinya 1 tahun. Kenapa cari mirip-mirip?


wkaowkawkakwk


Menurutku, course/jurusan kampus di UK bisa banyak banget karena sangat spesifik. Kalau aku kuliah S1 Desain Grafis itu bisa dapet materi Illustrasi, Branding & Periklanan, Editorial, Co-Design, sedangkan di sana semua mata kuliah itu jadi jurusan sendiri-sendiri. Masing-masing ada kekurangan dan kelebihannya, berkat kuliah yang ruang lingkupnya lebih luas, aku jadi punya banyak skill yang dapat menunjang dalam pencarian pundi-pundi rupiah. Hehehe. Dari sana aku tahu aku pingin fokus di mana, dan itu jadi penentu course master yang akan aku pilih.


C. Survey Biaya dan Nabung

Kamu juga wajib teliti dokumen dan cek baik-baik persyaratannya, kalau bisa kamu bikin kolom untuk ceklis. Ada yang perbolehin IELTS dan TOEFL, ada yang hanya perbolehin TOEFL tipe tertentu (aku kurang paham per-TOEFL-an dan tipe-tipenya, karena aku ambilnya IELTS Academic yang menurutku lebih gampang komponen soalnya dan hanya ada 2 macem: General dan Academic he he he.) Kamu juga harus cek persyaratan minimal skor IELTS kampus dan beasiswa. Kalau department Art & Design di UK rata-rata hanya minta 6.5 overall yang setiap band gak kurang dari 5.5. Chevening dan LPDP juga minta segitu. Ini sebaiknya kamu cek dari sekarang juga, biar nanti kamu tau apa yang harus diprioritasin. Jangan sampe kamu ambil tes TOEFL tapi ternyata kampusnya hanya menerima IELTS. Jangan buang-buang wang syg. Qkwkwk. 


Di fase 0 ini kamu juga harus mulai nabung dan cari uang tambahan, karena meskipun beasiswa, bukan berarti gak butuh resource. Selain butuh tenaga, waktu, dan pikiran, persiapannya butuh uang juga. Misalnya untuk les IELTS (kalau mau belajar yg efektif dan butuh bimbingan profesional karena ngerasa di Youtube masih kurang), untuk apply kampus karena beberapa jurusan ada yang berbayar untuk daftar dan seleksinya, untuk menerjemahkan dokumen yang dibutuhkan (harus pakai jasa penerjemah tersumpah) terus untuk kemungkinan terburuk nombok uang dulu untuk apply visa dan asuransi karena dana beasiswa butuh waktu untuk proses pencairan. Ini nanti aku kasih rinciannya secara terpisah. Intinya mulai nabung, sebisa kamu, karena pasti akan butuh dana lebih.


---------


Masuk ke part yang mulai seru karena mulai kerasa realisasi kita dalam mengejar cita-cita. Jiakh. Di sinilah niat dan keuanganmu akan diuji, seberapa rajin anda menabung di masa lalu. Kalau dibilang boncos, ya mayan boncos wkwk. Tapi tolong dipikirken lagi, ini investasi yang baik untuk nambah skill. Ok. Iklas saja iklas. 😌😩😌😩 Karena aku suka banget kegiatan sekolah di kelas gitu wkwk motivasi untuk les gaperlu dicari, udah bejibun. (Waktu kecil pengen banget les ini itu soalnya tp ga semuanya bisa direalisasikan hahah.) Tapi masalahnya ketika bayar les aku kepikiran kalau ga dapet beasiswa gimana? Kalau pas tes IELTS ga nyampe skornya gimana? 


Yang aku pikirin selama les adalah: "Bodo amat lah mau kesampean kuliah di luar negeri pake beasiswa atau ngga, yang penting udah upgrade skill bahasa asing yang pasti berguna suatu saat." Namanya belajar, pasti ada manfaatnya kan?! Kalau bukan untuk yang ini, mungkin untuk sesuatu yang lain.


Part 1

A. Les Bahasa Inggris

Februari 2020 aku udah niat pengen les di tahun 2020.

Niat les sih sebenernya udah dari 2016, karena aku merasa English-ku mulai sangat tertinggal sejak berhenti belajar bahasa Inggris wkwk. Terakhir aku les LIA kelas 7. Pengen lanjut tapi kerasa mahal waktu itu, kesian nambah beban Mak aku. Setidaknya basic conversation dan vocab yang common udah lumayan menguasai lah karena waktu SD aku suka banget pelajaran Bahasa Inggris. Jadi gak buta-buta amat. Les LIA namatin 3 level terakhir tinggal ngerapihin grammar dan belajar nulis aja. 


Februari 2020 sebenernya udah mulai ada hawa hawa lockdown covid, tapi aku optimis corona nga bakal masuk Indo. Hahaha. Selain itu aku baru dapet honor projek yang setelah aku pake sebagian untuk bayar full les Bahasa Inggris di EF, ternyata itu projek terakhir di 2020 karena Maret dan seterusnya sepi projek Wkwkwkwk kesian banget saya. Walhasil, sisa uangnya harus dipake buat bertahan hidup setidaknya 3 bulan lah. Toko offline tutup karena mall tutup sebulan, dagang online sepi, siapa yang lagi pandemi mau beli totebag, pada beli masker kabeh.



Sewaktu menekan pin pada tombol mesin EDC untuk bayar les aku meyakinkan diri: 6,5 juta ini ngga ada ruginya kok! Mau dapet beasiswa atau ngga, anggap aja ini invest ke diri sendiri untuk ngasah lagi skill bahasa Inggris yang pastinya berguna di kemudian hari. Belakangan aku iseng tanya si Meida temen lesku, dia cuma bayar 5,5 jt. Sedangkan si Melisa cuma bayar 5 juta. Haduh sial. Kena prank. Wkwkwk. Tapi gapapa. Kelas harusnya dimulai Maret, tapi karena lockdown, kita gak mulai-mulai. Aku mulai spaneng, mana duit segitu-segitunya, udah 2 bulan gak bisa les juga?! Bulan Mei masih lockdown, akhirnya EF ngasih alternatif kelas online 1 jam 2 kali seminggu, yang mana setengah jam di awal selalu dihabiskan dengan "kedengeran nga?" "Hah?" "Kok ga gerak". Kendati demikian, aku sangat menunggu-nunggu jam les meski bentrok buka puasa jadi harus tahan makan sampe jam 8an. Di bulan Juli, admin EF nawarin untuk full kelas online yang mana diiyakan oleh 2 orang temen les. Aku yang baru baca grup langsung sewot lah. Sudah menguras ATM masa hanya dapet kelas online, bahkan belom dapet buku 😩. Maafkan kespanengan saya, waktu itu ya min. Akhirnya ada temanku yang juga nggak langsung menyetujui, jadinya kelas resmi dibikin offline di bulan Juli. Les yang aku ambil IELTS Academic preparation. Khusus untuk kamu yang mau ambil tes IELTS Academic. Kami les dari Juli hingga Oktober, jam 7 sampai jam 9 malem. Aku inget banget rasa senangnya tiap mau berangkat les. Meski cape karena abis ngerjain kerjaan desain, tapi kayak semangat aja gitu kalau les. (Ohya, di bulan Juni aku apply kerjaan full time remote di salah satu media lokal, ini pertama kali aku kerja full time beneran bukan freelance. Sejak lulus aku kerja dari projek satu ke projek lain karena kurang cocok mau kerja kantoran. Tapi kalau sudah kepepet, yang mustahil ilang gitu aja. Rontok semua idealismu wkwkwk.)


Ini try out 2x setelah les 2 bulan, sebelomnya mah lebih jeblok

Kami banyak belajar latihan soal, mulai dari reading, listening, writing sampe speaking. Listening adalah kelemahan aku sampai hari itu. Yang udah-udah, nilai listening ku selalu jeblok. Yang lebih tinggi nilai reading sama writing. Jadi aku coba drilling listening aku selama les, walhasil di try out skor listening ku nyampe 8 dari skala 9. Gara-gara fokus naikin listening, skor reading ku anjlok. Wkwkwk. Lesnya setiap Selasa dan Jumat, di hari lain aku semalaman  nonton youtube channel Fastrack IELTS dan nonton TV Show Taskmaster sama stand up comedynya Trevor Noah. Ini cukup membantu aku naikin skor listening. Dari yang takut kalo gakeburu baca subtitle film, sampe di tahap nonton film udh 10 menit ga nyadar kalo ga nyalain subtitlenya. (Update: 2 bulan setelah perkuliahan yang dimulai September 2021, aku udah bisa nonton series gak pakai subtitle hahahaha!)


B. Cari Referensi dari Dosen/Profesional + Alih Bahasa Dokumen + Cicil Essay

Sembari les dan belajar dan yutuban, selipin juga basa basi sama dosen di kampus lama. Kalau aku memang masih cukup sering kontakan sama dosen-dosen dan teman kampus lewat WA dan socmed. Jadinya nggak canggung untuk sewaktu waktu minta ini itu, wkwkwk. Dosen yang aku pilih untuk kasih referensi ada 3. Pak Koskow, Pak Daru dan Pak Sumbo. Tapi karena Pak Sumbo cukup sibuk, jadinya aku dapat 2 surat dari Pak Koskow dan Pak Daru. (Kalau mereka baca, terima kasih yah sudah mempermudah segala urusanku sejak masih jadi mahasiswa sampai sudah lulus 5 tahun lalu pun. Semoga kalian sehat selalu dan bahagia, doa yang nggak putus-putus kukirim dari sini.😳) 

Surat referensinya mengikuti format kuesioner dari Chevening. Jadi memudahkan dosen untuk paham apa yang harus dituliskan di surat tersebut. Apalagi kalau kalian nggak terlalu kenal. Saranku, cari dosen yang memang kalian akrab dan sering diskusi/berkegiatan semasa kuliah. Dan dosen yang kooperatif dan mau bantu mahasiswa serta fast response. Wowkw. Jujur ini memudahkan banget dalam menyiapkan persyaratan, karena jalan masih panjang. Jangan keburu bete kalo ditolak nulisin surat referensi.

Untuk profesional aku minta Bu Dina Midiani dari Indonesia Fashion Chamber untuk jadi pemberi referensinya. Karena sering dapet projek dari beliau dan kenal baik sejak aku ikut program IKKON 2017. Kalau kamu tau Indonesia Fashion Week dan Muslim Fashion Festival, beliau salah satu pionirnya. Aku banyak kenalan sama fashion designer keren seperti Mas Ali Charisma dan Bu Amalia Sigit juga berkat Bu Dina. Dan Bu Dina ini memang baiiiiik banget, selain manusiawi kalau kasih kerjaan, sesibuk-sibuknya beliau wara wiri antarpulau, masih bisa sempetin kirim surat referensi untuk aku apply beasiswa. Semoga sehat selalu dan bahagia juga ya. 😌


Setelah semua referensi kekumpul, saatnya boncos lagi: terjemahin dokumen ke bahasa Inggris. Wajib pakai penerjemah tersumpah, gabisa asal google translate (wkwkw u kira tugas kuliah.) Aku dapet referensi penerjemah dari Pak Andrias Think Open Mind, per halaman mulai 100rb. Dan ini yang harus aku translate:


  1. Ijazah S1 (1 lembar)
  2. Transkrip Nilai S1 (3 lembar)
  3. Sertifikat dan Penghargaan (4 lembar)
  4. Surat Referensi (3 lembar)


Kira kira semuanya habis 1,1 juta karena lumayan banyak total halamannya. 😭

Pengerjaannya seminggu, tapi temenku kebetulan dapet cepet hanya 4 hari. Baiknya konfirmasi lagi sama penerjemah, berapa lama pengerjaannya.


Di sela sela waktu, sempatkan juga untuk mulai bikin kerangka menulis essay.

Untuk gambaran, kamu bisa coba random apply akun Chevening, nanti akan ada kolom pertanyaan untuk essay. Total 4 essay yang masing-masing 500 kata. 


Ini gak akan bisa langsung selesai dalam satu duduk. Butuh berhari hari bahkan berminggu-minggu untuk aku perbaiki-potong-hapus-tambah agar lebih singkat dan engaging. Yang aku tulis lebih ke cerita mengenai latar belakang pendidikanku sebelumnya, aku bekerja dimana saja, projek sosial dan komersil apa saja yang sudah aku kerjakan, sedikit kontribusi dan ceritakan sedikit tentang minat, kasih goal yang terukur, ga perlu melakukan hal yang muluk muluk, kontribusi kecil matters kok. 😌

Kalau Chevening ada 4 essay yang temanya

  1. Networking
  2. Leadership and Influence
  3. Study in the UK 
  4. Career plan

Menurutku struktur ini membantu banget untuk ngembangin ide tulisan.

Kalau dibaca secara keseluruhan, essaynya jadi nyambung menceritakan kegiatan selama aku kuliah membangun banyak network dengan berkesenian di luar kampus, leadership dan influence bisa jadi bagian aku menceritakan bagaimana terjun ke dunia kerja dan pengalaman menginfluens teman teman untuk melakukan hal yang impactful. Study in the UK jadi bagian aku untuk menjelaskan course yang aku pilih dan alasan-alasannya, sedangkan career plan jadi wadah menuliskan cita cita yang ingin digapai selanjutnya. Dari sini, tulisannya bisa aku pakai juga untuk essay ketika apply kampus, tinggal dipoles dan dimodif sedikit, tulisan ini juga yang aku pakai untuk apply LPDP dengan banyak sekali modifikasi. Masing-masing essay yang sudah aku buat banyaknya 500 kata. Untuk LPDP aku coba padatkan essay sebelumnya yang >2000 kata, jadi sekitar 1500 aja.




Intinya, semua essay tuh mirip-mirip kerangkanya:

  1. Siapa kamu dan hal bermanfaat apa yang sudah kamu lakukan semasa kuliah kemarin?
  2. Setelah kuliah dan bekerja, kamu kenal siapa aja dan apa saja yang dapat kamu pelajari dari kenalan-kenalan kamu?
  3. Apa saja kekurangan kamu yang ingin kamu perbaiki dengan kuliah S2 ini?
  4. Setelah lulus, hal bermanfaat apa lagi yang akan kamu lakukan?


Kalau di-breakdown satu-satu, interpretasiku kemarin kurang lebih kayak gini:

Nomor 1:

  • Kenalkan secara singkat (dan rendah hati) latar belakang kamu
  • Apa saja kontribusi untuk negeri kamu, yang telah dilakukan selama ini?
Nomor 2:
  • Apa yang sudah kamu pelajari sejauh ini, dari kampus dan lingkungan profesional
  • Apa saja manfaatnya untuk pengembangan diri kamu?
Nomor 3:
  • Mengapa kamu perlu kuliah lagi? Dan kenapa harus di kampus dan negara X?
  • Apa yang mau dipelajari di kampus X?
  • Apa manfaatnya untuk karir kamu kedepan?
Nomor 4:
  • Apa planning kamu jangka pendek dan jangka panjang?
  • Apa yang ingin kamu lakukan segera setelah belajar di kampus X?
  • Kontribusi apa yang akan kamu berikan untuk negeri kamu setelah belajar di X?

Nah ini yang harus telaten, karena gak bisa cuma punya 1 essay. Aku kemarin bikin banyak banget essay dengan poin yang sama, cuma dimodifikasi dikit menyesuaikan tujuannya, hahaha.



C. Ujian Sertifikasi Bahasa Inggris

Oktober, selesai les di EF bersama Mr. Billy, aku daftar tes IELTS di bulan Desember. 13 Desember 2020. Lokasinya di British Council, SCBD. Tesnya jam 10 pagi sampai jam 14. Nonstop. Dimulai dari listening, reading, writing dan terakhir speaking. Harga tesnya 2,9 jt waktu itu. Another boncos time. Tapi Alhamdulillah, skorku memenuhi standar minimum application kampus dan beasiswa dengan hanya satu kali tes. Jadi tidak perlu boncos dua atau tiga kali. 😱 Selama Oktober sampai hari tes, aku belajar lagi, latihan listening di youtube, sama pakai apps dari British Council. Nonton stand up comedy UK, biar lebih familiar sama pronounciationnya. Tidak lupa nonton Taskmaster wkwkw, btw ini TV Show lucu banget deh! Recommended. Hasil tes keluar kira-kira 2-3 hari kerja di akun tes, sedangkan sertifikat dikirim dalam bentuk hard copy ke alamat rumah. Sumpah ya, deg degan waktu login untuk cek skor bener-bener mules, karena kalau skor gak mencukupi ya harus tes ulang lagi πŸ˜­πŸ˜­πŸ—Ώ alias bayar lagi πŸ˜­πŸ˜­πŸ—Ώ.


Sampai sini, tandanya semua amunisi kita untuk apply kampus sudah siap :)


Setelah skor IELTS ku nembus skor minimal untuk apply kampus dan LPDP, aku jadi makin semangat untuk mewujudkan mimpi gilaku πŸ˜‚ 

"Wah nembus, coba ah nekat apply kampus"

Motivasi bertahap ini ngebantu banget, biar aku gak langsung memble jika gagal dan meruntuhkan semua niat yang dibangun dari awal.

Niat upgrade skill > memotivasi untuk les bahasa

Skor IELTS > memotivasi untuk apply kampus

LoA dari kampus > memotivasi untuk apply beasiswa


Jadi sewaktu aku di-reject salah satu jurusan di kampus cadangan, ga bikin runtuh keseluruhan niatku. Malah jadi pecutan untuk apply lg jurusan lain. Sempet overthinking kayak 'duh, di kampus cadangan aja aku ditolak, apalagi di kampus pilihan utama???'

Tapi aku ubah cara pikir aku jadi: "Kalau aku ditolak di salah satu jurusan/course, mungkin karena portfolioku kurang cocok sama mereka, bukan karena jelek!!! Oke deh, aku coba lagi di jurusan lain, mungkin ada yang cocok."



Motto-ku selama proses ini: 

Santai aja, kalau ngga dapet LoA ya coba lagi. Masih ada 2 tahun masa sertifikat IELTS.

Santai aja, kalau ngga dapet beasiswa ya coba lagi. Masih ada 8 tahun kesempatan untuk apply beasiswa. 

Ini bener-bener mengubah mindsetku biar gak terlalu jadi beban. Aku gak pernah nargetin harus A di tahun A. Karena aku pernah melalui masa-masa begitu dan aku malah jadi stres karena ambis ga kesampean. Niat aku A, tapi ngalir aja mau kapanpun kesampeannya, yang penting udah berusaha sebaik mungkin. Kalaupun ngga kesampean, berarti memang ada skenario lain yang lebih cocok untuk aku. Ini yang aku tanamkan ke pikiran aku sejak awal gabut les bahasa Inggris. πŸ˜‚ Ikhlas mau bagaimanapun jalannya, percaya aja itu jalan yang paling baik untuk kita. Hehe. Ceileh.



Next proses apply kampus nyusul ya :)




PS: Aku juga berencana mau 'translate' postingan yang panjang ini jadi zine agar lebih menarik untuk dibaca!! Sementara mau selesain part 2-5 dulu. Hehe. Bersambung >.<.






4 comments:

  1. SHout Out to Kak Delanaaa keren bangett!, terimakasih sudah berbagi info kakkk

    ReplyDelete
  2. Halo Kak, maaf, sayang saya baru ketemu blog ini sekarang.
    Terima kasih banyak ya sudah berbagi mengenai pengalamannya untuk daftar beasiswa.

    Salam,
    walisongo.ac.id

    ReplyDelete
  3. Halo Kak, sayang saya baru ketemu blog ini sekarang.
    Terima kasih banyak ya sudah berbagi mengenai pengalamannya untuk daftar beasiswa.

    Salam,
    walisongo.ac.id

    ReplyDelete

You said......